Monday, May 21, 2007

"New Rulers of The World" membuka mata saya


Baru aja hari sabtu kemaren gue nonton film dokumenter yang membuat hati gue menjadi sesak. Miris tepatnya.
Ini adalah film dokumenter kedua yang gue tonton yang menceritakan suatu masalah, yang contoh kasusnya adalah negara gue sendiri, Indonesia.
Dokumenter pertama yang gue tonton adalah film tentang fotografe perang, James Nachtway-War Photographer.James memotret kehidupan kaum miskin di Jakarta dan suasaan pemilu 1999.
Dokumenter kedua, yang gue tonton kemaren, adalah hasil download temen gue yang baik hati hario dari youtoube. Judulnya "New Rulers of The World". Dokumenter hasil jurnalis Inggris, yang bercerita tentang dampak globalisasi, khususnya ekonomi neo liberlisme yang dijalankan oleh WTO dan IMF.
Untuk yang mau sadar, dan mau melihat realita yang ada tentang keadaan negara kita yang sebenarnya, film ini sangat gue rekomendasikan. Kebetulan lagi jalan-jalan di dunia maya, gue menemukan website tentang gerakan melawan penjajahan era baru, neo liberalisme. buka aja, www.apokalips.org. Di situs ini ada resensi filmnya.
gue copy resensi tentang film ini ("New Rulers of The World") di bawah :



"New Rulers of The World"

Genre : Film Dokumenter
Penulis : John Pilger
Sutradara : Alan Lowery
Produksi : Carlton International Media Ltd.
Narator : John Pilger
Format : VCD
Runtime : 53 menit

Apabila negara dunia pertama adalah negara yang memiliki modal dan menguasai teknologi tetapi miskin sumber daya alam, sedangkan negara dunia ketiga adalah negara yang memiliki sumber daya alam tetapi tidak memiliki modal dan teknologi, maka akan terjadi pengintegrasian dari perekonomian nasional menjadi sebuah sistem ekonomi global yang dilakukan oleh negara dunia pertama. Aliran modal, teknologi, tenaga kerja hingga komoditas akan bebas bergerak melampaui batas negara. Pergerakan itu disebut sebagai sebuah proses dari globalisasi.

Film dokumenter karya John Pilger ini memaparkan bagaimana dampak globalisasi terhadap negara dunia ketiga yang bagi para penganutnya diyakini akan menciptakan kesejahteraan yang merata dan mengurangi pengangguran. Tetapi apa yang terjadi di banyak negara dan khususnya Indonesia tidak seperti itu. Globalisasi malah mempercepat proses pemiskinan dan menciptakan banyak penindasan. Film ini memperlihatkan bagaimana kondisi buruh yang bekerja di pabrik-pabrik perusahaan multinasional seperti Nike dan GAP dengan upah yang rendah, jam kerja yang tidak teratur, dan kondisi tempat kerja yang mengenaskan, dipaksa untuk terus bekerja dan seakan tidak punya pilihan lain selain terus melakukan apa yang diperintahkan oleh bos-bos pabrik. Dalam film ini diperlihatkan juga bagaimana kondisi tempat tinggal para buruh yang bisa dikatakan kumuh, dan bagaimana mereka menyiasati upah mereka agar mencukupi kebutuhan keluarganya dengan cara mengurangi porsi makan dan tingkat gizi.

Film ini sedikit berbeda dengan film-film sejenis yang pernah saya tonton. John Pilger dengan berani menyusup membawa kamera tersembunyi ke dalam beberapa pabrik yang memproduksi merk-merk terkenal seperti Nike, Reebok, Adidas dan GAP dengan cara menyamar sebagai pembeli. Terdapat lebih dari 1000 pekerja dalam ruangan tanpa AC itu, menjadi tampak sesak dan sangat tidak kondusif. Selain kondisi kerja, jam kerja pun akan menjadi mimpi buruk para buruh apabila mendadak ada pesanan untuk ekspor. Para buruh dipaksa untuk bekerja selama 16 jam dalam kondisi berdiri. Selain mewawancarai beberapa buruh pabrik untuk mengetahui memang telah terjadi proses kerja yang tidak wajar, ada juga pernyataan dari Dita Sari, seorang mantan tapol dan pemimpin buruh di FNBI yang membenarkan bahwa kondisi buruh Indonesia memang memprihatinkan, yang akan melakukan kerja apapun dengan upah yang rendah karena terlalu banyaknya pengangguran.

Pada bagian lain, John Pilger sengaja mendatangi Nicholas Stern, pimpinan ekonom dari Bank Dunia untuk melakukan wawancara mengenai bagaimana proses terjadinya utang luar negeri yang berasal dari pinjaman Bank dunia kepada Indonesia dan hubungannya dengan pembantaian yang dilakukan oleh rezim orde baru demi terlaksananya proses globalisasi. Pada bagian ini bisa dilihat bahwa apa yang diramalkan para penganut globalisasi mengenai kesejahteraan itu salah. Pada kenyataannya, globalisasi malah memperjelas bagaimana proses pemiskinan terjadi melalui penghapusan subsidi beberapa sektor pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan. Selain itu, John Pilger juga melakukan wawancara kepada Stanley Fischer, wakil direktur IMF. Pilger mengajukan pertanyaan mengenai kemungkinan dihapuskannya hutang yang sangat diharapkan oleh 17 juta orang Indonesia itu dan diperkirakan dapat mengurangi kemiskinan. Sekali lagi, terungkap bahwa melalui rezim yang berkuasa, globalisasi yang didukung oleh lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia banyak menciptakan pelanggaran seperti diskriminasi terhadap hak asasi manusia dan pencabutan subsidi tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak yang akan semakin mempercepat proses pemiskinan.

Film ini di tutup oleh liputan aksi dari gerakan anti globalisasi di seattle untuk menghambat pertemuan World Trade Organization (WTO), dan aksi mayday di London yang bagi Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang sekaligus pimpinan partai buruh, disebut sebagai aksi turun ke jalan untuk “tujuan Palsu”. Gelombang menentang globalisasi yang tidak pernah diberitakan oleh media massa telah terjadi di banyak negara.

Akhir kata, film ini mengenaskan sekaligus mendidik.

ini link buat yg pengen download filmnya di youtube :

- Part 1 http://www.youtube. com/watch? v=8firb73r67g

- Part 2 http://www.youtube. com/watch? v=kYaDY-xTzZ0

- Part 3 http://www.youtube. com/watch? v=4se4jYI9KAc

- Part 4 http://www.youtube. com/watch? v=4se4jYI9KAc

- Part 5 http://www.youtube. com/watch? v=h0tIB9m_ BBg

- Part 6 http://www.youtube. com/watch? v=Yf2CSUoxyOk

- Part 7 http://www.youtube. com/watch? v=BUmyevPS2cY

Please watch this film guys!!for the sake of our future

No comments: