Thursday, April 26, 2007

Innocent Voices




Innocent Voices

Jumat kemaren gue ga masuk kerja. Sakit. Ternyata bengong dirumah itu ga ada enaknya. Mati gaya. Gue obrak-abrik stok dvd di rumah. Aha! Ada film. Gue nonton lah film “Innocent Voices”.
Ceritanya yang bagus bikin gue pengen bagi-bagi dikit. Referensi buat siapa aja yang mau film yang “Gak Hollywood banget”. Gue udah rada-rada enek' liat film Hollywood. Terutama film aksinya.
Kisahnya film ini adalah kisah nyata. Film ini bercerita tentang situsai perang sipil di El Salvador (negara di Amerika latin lah..). Geriliyawan FMLN melawan tentara pemerintah El Salvador. Gak jelas apa yang di perjuangkan geriliyawan ini (atau guenya yang kurang nyimak yah??). Intinya ada sebuah desa yang terjepit diantara daerah kekuasaan geriliyawan dan pasukan tentara pemerintah. Desa tersebut selalu menjadi medan pertempuran antara pasukan pemerintah dan geriliyawan. Ceritanya tentang kisah seorang anak 11 tahun bernama Chava beserta keluarga dan teman-temannya. Bapaknya kabur meninggalkan mereka. Kata Ibunya, “You're the man in this family now”. Jadilah si anak itu, Chava, bantu-bantu ibunya, ngerwat adiknya dua orang. Nasib jelek buat anak-anak di desa itu, setiap yang sudah berumur 12 tahun, anak-anak laki-laki didesa itu di ambil oleh tentara pemerintah untuk di didik jadi tentara. Si Chava jadi takut. Sering di liat tentara itu masuk ke sekolahnya dan ngangkut temen sekolahnya untuk jadi tentara. Si Chava tidak mau ikut jadi tentara. Dia jadi takut untuk memasuki umur 12 tahun. Takut senasib dengan teman-temannya yang lain, dianghkut jadi tentara dan jauh dari keluarga. Di tambah-perlakuan tentara pemerintah yang sering menteror warga desa tersebut. Chava jadi semakin benci dengan perlakuan tentara pemerintah. Apalagi paman Chava ternyata adalah seorang geriliyawan FMLN. Kisahnya berkutat soal kehidupan sehari-hari Chava dan pengalaman yang tidak mengenakkan hidup di medan perang.
Inti dari film ini adalah, siapapun tidak ingin mengalami nasib jelek berada di antara tengah-tengah peperangan. Orang hanya ingin hidup tenang. Apalagi anak-anak seumur Chava yang hanya ingin bermain-main dengan teman-temannya, malah di paksa pemerintah untuk terlibat melawan geriliyawan.
Adegan favorit gue di film ini adalah saat Ibunya Chava tidak ada dirumah, rumah mereka menjadi medan perang antara geriliyawan dan tentara. Rumah Chava menjadi sasaran baku tembak. Di saat ketakutan seperti itu Chava harus melindungi adiknya dan menenangkan adiknya yang nangis ketakutan. Sambil berlindung dibawah hujan peluru di bawah kasur, Chava menghibur adiknya yang ketakutan dengan mencoret mukanya dengan lipstik ibunya dan berlagak seperti monyet hingga adiknya berhenti menangis dan tertawa-tawa di bawah hujanan peluru.

Ah, nonton aja sendirilah, dijamin puas....

No comments: